Senin, 28 Desember 2009

METODE EDFAT

Metode EDFAT
(Entire, Detail, Frame, Angle, Time) yang diperkenalkan oleh “Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University”, merupakan konsep pengembangan fotografi pribadi. EDFAT adalah suatu metode pemotretan untuk melatih optis melihat sesuatu dengan detil yang tajam.
Suatu pembiasaan melatih metode EDFAT dalam tindakan fotografi setiap calon foto jurnalis maupun fotografer amatir , setidaknya membantu proses percepatan pengambilan keputusan terhadap suatu event atau kondisi visual bercerita dan bernilai berita dengan cepat dan lugas.
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap unsur dari metode itu adalah suatu proses dalam mengincar suatu bentuk visual atas peristiwa bernilai berita. Unsur pertama dalam metode tersebut adalah:

Entire (E)
Dikenal juga sebagai ‘established shot’, suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa atau bentuk penugasan lain. Untuk mengincar atau mengintai bagian-bagian untuk dipilih sebagai obyek.
  • memusatkan keseluruhan sebuah peristiw
  • merekam keseluruhan objek atau semua elemen yang ada disebuah frame.
  • format gambar/foto dapat horizontal atau vertikal.

Detail (D)
Suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pandangan terdahulu (entire). Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai ‘point of interest’.
  • merekam lebih detail dari berbagai elemen yang menyangkut suatu peristiwa.
  • merekam dengan format vertikal atau horizontal.
  • detail foto berkaitan dengan kejadian.
  • suasana emosional subjek pada saat peristiwa terjadi.

Frame (F)
Suatu tahapan dimana kita mulai membingkai suatu detil yang telah dipilih. Fase ini mengantar seorang calon foto jurnalis mengenal arti suatu komposisi, pola, tekstur dan bentuk subyek pemotretan dengan akurat. Rasa artistik semakin penting dalam tahap ini.
  • mengatur komposisi foto dalam bentuk vertikal atau horizontal
  • menempatkan subjek pada posisi tengah, atas, samping, ataupun bawah.
  • pengaturan penggunaan lensa wide, tele, maupn zoom.
  • mengatur jarak pandang bila menggunakan lensa standard agar koposisi enak dilihat dan dalam.

Angle (A)
Tahap dimana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan, level mata, kiri, kanan dan cara melihat. Fase ini penting mengkonsepsikan visual apa yang diinginkan.
  • angle disini dimaksudkan pada sudut pengambilan.
  • pemahaman komposisi dan pengambilan bidang gambar yang baik dalam pengambilan sudut dari sebuah peristiwa.
  • sudut pengambilan dapat diambil dari atas (high angle), sejajar (eye angle), bawah (low angle), atupun sebagainya.

Time (T)
Tahap penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara diafragma dan kecepatan atas ke empat tingkat yang telah disebutkan sebelumnya. Pengetahuan teknis atas keinginan membekukan gerakan atau memilih ketajaman ruang adalah satu prasyarat dasar yang sangat diperlukan.
  • ketepatan waktu dalam menekan shutter atau rana menjadi hal yang penting pada kedalaman sebuah foto atau peristiwa.
  • saat yang tepat itu, memberikan ketepatan informasi dan makna dalam sebuah foto.
  • cerita dalam sebuah foto sudah memiliki simbol yang kuat.

WORLD PRESS PHOTO 2009


Ukraina, Reuters.
Rasmadze Zaza memegang tubuh saudaranya Zviadi, setelah pemboman Gori di Georgia pada tanggal 9 Agustus. Kota berada dibawah serangan udara dari pasukan Rusia sebagai ketegangan antara Rusia dan Georgia, difokuskan pada wilayah sparatis Ossetia Selatan, meningkat menjadi skala penuh konflik militer.


Analisis :

  • Shotsize : Medium shot, bermakna agar objeknya terlihat lebih dekat.
  • Angle : Eye level, bermakna sejajar dengan penglihatan mata.
  • Penempatan objek : objek berada ditengah, yang berarti objek fokus pada foto tersebut.
  • Lens : Normal, setiap sudut objek terlihat dengan jelas.
  • pencahayaan : terang, terlihat nyata.
  • Pose : menggambarkan kesedihan dalam suatu pemboman.
  • Objek : background, gedung yang hancur akibat pemboman serta ada korban dari pasca pemboman tersebut.